Translate

Senin, 10 Agustus 2015

PENDAHULUAN



PENDAHULUAN

Perkembangan pariwisata saat ini semakin berkembang pesat, perkembangan dunia pariwisata telah mengalami berbagai perubahan baik perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan, dorongan orang untuk melakukan perjalanan, cara berpikir, maupun sifat perkembangan itu sendiri. Di Indonesia jumlah wisatawan baik domestik maupun internasional terus meningkat.Sehingga kita dihadapkan pada persoalan untuk menata produk-produk wisata agar dapat meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung.
Destinasi wisatawan di Blitar, khususnya di Kota Blitar sebenarnya sudah mempunyai magnet yang cukup besar bagi wisatawan yaitu makam presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno. Sehingga, wajib hukumnya bagi pemerintah Kabupaten Blitar untuk menjadikan Kabupaten Blitar sebagai daerah satelit khususnya dibidang pariwisata, apalagi sesuai dengan peraturan pemerintah Kabupaten Blitar No.3 tahun 2010 tentang perpindahan pusat pemerintahan Kabupaten Blitar ke Kecamatan Kanigoro mengharuskan Kabupaten Blitar mempunyai icon  pariwisata sendiri sebagai ciri khas suatu daerah. 
Sebenarnya ada beberapa tempat wisata di Kabupaten Blitar yang saat ini sudah mulai dikembangkan fungsinya, seperti Wisata Candi Penataran yang setiap tahun rutin menyelenggarakan pagelaran seni Seruling Penataran, Bendungan Serut yang sekarang dijadikan bumi perkemahan, akan tetapi banyak juga tempat wisata yang belum mendapat perhatian dari pemerintah Kabupaten Blitar, dan yang menjadi sorotan kami kali ini adalah taman wisata Bendungan Wlingi Raya yang ada di Desa Jegu Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar. 
Bendungan ini mempunyai potensi wisata yang sangat besar bahkan bisa dijadikan icon pariwisata di Kabupaten Blitar jika dikelola dengan baik dan tepat. Bendungan Wlingi Raya dibangun pada bulan  Mei 1972 dan diresmikan oleh Presiden Suharto pada 12 Mei 1977. Bendungan Wlingi Raya memiliki Luas 3,80 km2 dengan volume 630.000 m3. Bendungan ini digunakan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang menghasilkan listrik 2 x 27 MW (2 mesin turbin) serta mengairi sawah pertanian seluas 15.132 ha di wilayah Kecamatan Talun, Garum, dan Sutojayan (sumber: http://dprd-blitarkab.go.id).

Jumlah wisatawan di Bendungan Wlingi Raya pada tahun 2013 sebanyak 30.299 pengunjung (sumber: Perum Jasa Tirta), bandingkan dengan wisata Candi Penataran di tahun yang sama berjumlah 194.614 pengunjung (sumber: BPS Kab. Blitar). Perbedaan jumlah pengunjung yang terpaut sangat jauh tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan potensi wisata di Bendungan Wlingi Raya belum maksimal.
Menurut Hadinoto (1996), ada 5 syarat untuk menjadi destinasi wisata yaitu unsur daya tarik, aksesbilitas, infrastruktur, fasilitas, dan keramahtamahan.  Unsur tersebut sebenarnya sudah dimiliki oleh taman wisata Bendungan Wlingi Raya, namun pengelolaan yang kurang maksimal menjadikan kondisi taman wisata di Bendungan Wlingi kini sangat memprihatinkan. Tidak hanya infrastruktur dan fasilitas yang memprihatinkan, kurangnya perhatian pemerintah dan pemberdayaan masyarakat sekitar mengakibatkan sisi negatif mulai berkembang di Bendungan Wlingi, seperti balapan liar, membuang sampah ke bendungan, serta banyak terjadi penyimpangan sosial.

Razak dan Suprihardjo (2013) menyatakan bahwa salah satu prinsip penting dalam pengembangan pariwisata terpadu adalah adanya the value of time yang artinya mengusahakan agar wisatawan yang biasanya memiliki waktu yang luang dapat menggunakan waktu yang ada untuk menikmati objek dengan sebanyak-banyaknya dan dengan kualitas yang optimal. Wanjat Kastolani (2010) dalam penelitiannya tentang wisata terpadu di Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung menyimpulkan bahwa keanekaragaman aktivitas wisata menjadi faktor  daya tarik paling besar bagi wisatawan.
Pengembangan wisata terpadu dalam penelitian ini adalah mengintegrasikan keberagaman potensi wisata, kearifan lokal, dengan atraksi wisata di Bendungan Wlingi agar keberagaman jenis wisata yang ada dapat saling mendukung satu sama lain, dan nama jepang yang diambil dari akronim nama desa yang ada di dua sisi Bendungan Wlingi Raya yaitu Desa Jegu dan Desa Tumpang dimaksudkan agar lebih menarik minat wisatawan dan memiliki nilai jual. Sehingga diharapkan wisatawan dari berbagai daerah akan berkunjung ke Kabupaten Blitar.

Dengan bertitik tolak dari latar belakang, maka permasalahan yang akan diangkat oleh peneliti adalah :
1.      Apakah faktor-faktor pendorong dan penghambat pengembangan potensi wisata Bendungan   Wlingi Raya?
2.      Bagaimana strategi peningkatan potensi wisata Bendungan Wlingi Raya?
3.      Bagaimana konsep wisata terpadu di Bendungan Wlingi Raya?

Adapun  tujuan  yang  akan  dicapai  oleh  penulis  dalam penelitian ini adalah:
1.        Mengidentifikasi faktor-faktor pendorong dan penghambat pengembangan potensi wisata Bendungan Wlingi Raya.
2.        Mengetahui strategi pengembangan apa yang perlu dilakukan Pemerintah Kabupaten Blitar dalam meningkatkan potensi wisata Bendungan Wlingi Raya.
3.        Mengetahui bagaimana konsep wisata terpadu di Bendungan Wlingi Raya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar