Perkembangan
pariwisata saat ini semakin berkembang pesat, perkembangan dunia pariwisata
telah mengalami berbagai perubahan baik perubahan pola, bentuk dan sifat
kegiatan, dorongan orang untuk melakukan perjalanan, cara berpikir, maupun sifat
perkembangan itu sendiri. Di Indonesia jumlah wisatawan baik domestik maupun
internasional terus meningkat.Sehingga kita dihadapkan pada persoalan untuk
menata produk-produk wisata agar dapat meningkatkan minat wisatawan untuk
berkunjung.
Destinasi wisatawan di Blitar, khususnya di Kota Blitar sebenarnya
sudah mempunyai magnet yang cukup besar bagi wisatawan yaitu makam presiden
pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno. Sehingga, wajib hukumnya bagi pemerintah
Kabupaten Blitar untuk menjadikan Kabupaten Blitar sebagai daerah satelit
khususnya dibidang pariwisata, apalagi sesuai dengan peraturan
pemerintah Kabupaten Blitar No.3 tahun 2010 tentang perpindahan pusat
pemerintahan Kabupaten Blitar ke Kecamatan Kanigoro mengharuskan Kabupaten
Blitar mempunyai icon pariwisata sendiri
sebagai ciri khas suatu daerah.
Sebenarnya ada
beberapa tempat wisata di Kabupaten Blitar yang saat ini sudah mulai
dikembangkan fungsinya, seperti Wisata Candi Penataran yang setiap tahun
rutin menyelenggarakan pagelaran seni Seruling Penataran, Bendungan Serut yang
sekarang dijadikan bumi perkemahan, akan tetapi banyak juga tempat wisata yang belum
mendapat perhatian dari pemerintah Kabupaten Blitar, dan yang menjadi sorotan
kami kali ini adalah taman wisata Bendungan Wlingi Raya yang ada di Desa Jegu
Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar.
Bendungan ini
mempunyai potensi wisata yang sangat besar bahkan bisa dijadikan icon
pariwisata di Kabupaten Blitar jika dikelola dengan baik dan tepat. Bendungan
Wlingi Raya dibangun pada bulan Mei 1972
dan diresmikan oleh Presiden Suharto pada 12 Mei 1977. Bendungan Wlingi Raya
memiliki Luas 3,80 km2 dengan volume 630.000 m3.
Bendungan ini digunakan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang
menghasilkan listrik 2 x 27 MW (2 mesin turbin) serta mengairi sawah pertanian
seluas 15.132 ha di wilayah Kecamatan Talun, Garum, dan Sutojayan (sumber: http://dprd-blitarkab.go.id).
Jumlah
wisatawan di Bendungan Wlingi Raya pada tahun 2013 sebanyak 30.299 pengunjung
(sumber: Perum Jasa Tirta), bandingkan dengan wisata Candi Penataran di tahun
yang sama berjumlah 194.614 pengunjung (sumber: BPS Kab. Blitar). Perbedaan
jumlah pengunjung yang terpaut sangat jauh tersebut menunjukkan bahwa
pengelolaan potensi wisata di Bendungan Wlingi Raya belum maksimal.
Menurut Hadinoto
(1996), ada 5 syarat untuk menjadi destinasi wisata yaitu unsur daya tarik,
aksesbilitas, infrastruktur, fasilitas, dan keramahtamahan. Unsur tersebut sebenarnya sudah dimiliki oleh
taman wisata Bendungan Wlingi Raya, namun pengelolaan yang kurang maksimal
menjadikan kondisi taman wisata di Bendungan Wlingi kini sangat memprihatinkan.
Tidak hanya infrastruktur dan fasilitas yang memprihatinkan, kurangnya perhatian
pemerintah dan pemberdayaan masyarakat sekitar mengakibatkan sisi negatif mulai
berkembang di Bendungan Wlingi, seperti balapan liar, membuang sampah ke
bendungan, serta banyak terjadi penyimpangan sosial.
Razak dan Suprihardjo (2013) menyatakan bahwa salah satu prinsip penting dalam pengembangan pariwisata terpadu adalah adanya the value of time yang artinya mengusahakan agar wisatawan yang biasanya memiliki waktu yang luang dapat menggunakan waktu yang ada untuk menikmati objek dengan sebanyak-banyaknya dan dengan kualitas yang optimal. Wanjat Kastolani (2010) dalam penelitiannya tentang wisata terpadu di Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung menyimpulkan bahwa keanekaragaman aktivitas wisata menjadi faktor daya tarik paling besar bagi wisatawan.
Pengembangan
wisata terpadu dalam penelitian ini adalah mengintegrasikan keberagaman potensi
wisata, kearifan lokal, dengan atraksi wisata di Bendungan Wlingi agar
keberagaman jenis wisata yang ada dapat saling mendukung satu sama lain, dan
nama jepang yang diambil dari akronim nama desa yang ada di dua sisi Bendungan
Wlingi Raya yaitu Desa Jegu dan Desa Tumpang dimaksudkan agar lebih menarik
minat wisatawan dan memiliki nilai jual. Sehingga diharapkan wisatawan dari
berbagai daerah akan berkunjung ke Kabupaten Blitar.
Dengan bertitik tolak dari
latar belakang, maka permasalahan yang akan diangkat oleh peneliti adalah :
1.
Apakah
faktor-faktor pendorong dan penghambat pengembangan potensi wisata Bendungan
Wlingi Raya?
2.
Bagaimana
strategi peningkatan potensi wisata Bendungan Wlingi Raya?
3.
Bagaimana
konsep wisata terpadu di Bendungan Wlingi Raya?
Adapun tujuan
yang akan dicapai
oleh penulis dalam penelitian ini adalah:
1.
Mengidentifikasi faktor-faktor pendorong dan
penghambat pengembangan potensi wisata Bendungan Wlingi Raya.
2.
Mengetahui strategi pengembangan apa yang perlu
dilakukan Pemerintah Kabupaten Blitar dalam meningkatkan potensi wisata
Bendungan Wlingi Raya.
3.
Mengetahui bagaimana konsep wisata terpadu di
Bendungan Wlingi Raya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar