Translate

Senin, 10 Agustus 2015

HALAMAN JUDUL


LOMBA KARYA TULIS SISWA

REVITALISASI TAMAN BENDUNGAN WLINGI RAYA DENGAN KONSEP WISATA JEPANG (JEGU TUMPANG) TERPADU
SEBAGAI ICON PARIWISATA DI KABUPATEN BLITAR





Diusulkan oleh :
Endah Ayuning Rostyati (NIS : 13405, tahun angkatan 2013)
Rahmadiyanti Wirafatma (NIS : 13462, tahun angkatan 2013)
Ramadhani Gita Fitri Fajar Awalita (NIS : 13563, tahun angkatan 2014)


MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI JABUNG
KABUPATEN BLITAR

ABSTRAK



ABSTRAK

Perkembangan pariwisata saat ini semakin berkembang pesat, jumlah wisatawan baik domestik maupun internasional terus meningkat sehingga kita dihadapkan pada persoalan untuk menata produk-produk wisata yang dapat meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung. Perpindahan pusat pemerintahan Kabupaten Blitar ke Kecamatan Kanigoro mengharuskan Kabupaten Blitar mempunyai icon pariwisata sendiri sebagai ciri khas suatu daerah, dan yang menjadi sorotan kami kali ini adalah taman wisata Bendungan Wlingi Raya yang ada di Desa Jegu Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar. Bendungan ini mempunyai potensi wisata yang sangat besar bahkan bisa dijadikan icon pariwisata di Kabupaten Blitar jika direvitalisasi dengan baik dan tepat.

Menurut Hadinoto (1996), ada lima unsur industri pariwisata yang sangat penting, yaitu Attractions (daya tarik), Facilities (fasilitas-fasilitas yang diperlukan), Infrastructure (infrastruktur), Transportations (transportasi), Hospitality (keramahtamahan). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor pendorong dan penghambat pengembangan potensi wisata Bendungan Wlingi Raya, mengetahui strategi pengembangan apa yang perlu dilakukan Pemerintah Kabupaten Blitar dalam meningkatkan potensi wisata Bendungan Wlingi Raya.

Penelitian yang digunakan oleh peneliti bersifat deskripstif kualitatif, karena penelitian ini memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung yang ditunjukkan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, pemikiran orang secara individual maupun kelompok, dimana ternyata ditemukan beberapa faktor pendorong maupun penghambat dilakukan pengembangan potensi wisata Bendungan Wlingi Raya sehingga perlu dilakukan revitalisasi dengan konsep wisata terpadu

Dengan mencermati analisis dan temuan studi pada penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa faktor pendorong pengembangan wisata Bendungan Wlingi Raya antara lain: lokasi yang strategis, potensi sumber daya alam yang melimpah, akses jalan yang mudah dan keramahtamahan penduduk sekitar. Sedangkan faktor penghambatnya antara lain: kurangnya promosi wisata, kurangnya pengelolaan secara maksimal, adanya pabrik beton yang mengurangi nilai keindahan, serta perilaku negatif pengunjung. Oleh karena itu, perlu ditata sebuah konsep wisata terpadu yang selaras dengan kaidah alam dengan membangun suatu pola relasi yang saling menguntungkan dan berkelanjutan di antara setiap komponen obyek pariwisata yang terlibat, dengan meningkatkan keanekaragaman obyek wisata dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Sehingga dapat dijadikan icon wisata di Kabupaten Blitar.

Kata kunci : Icon pariwisata,  Revitalisasi, Wisata terpadu.

PENDAHULUAN



PENDAHULUAN

Perkembangan pariwisata saat ini semakin berkembang pesat, perkembangan dunia pariwisata telah mengalami berbagai perubahan baik perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan, dorongan orang untuk melakukan perjalanan, cara berpikir, maupun sifat perkembangan itu sendiri. Di Indonesia jumlah wisatawan baik domestik maupun internasional terus meningkat.Sehingga kita dihadapkan pada persoalan untuk menata produk-produk wisata agar dapat meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung.
Destinasi wisatawan di Blitar, khususnya di Kota Blitar sebenarnya sudah mempunyai magnet yang cukup besar bagi wisatawan yaitu makam presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno. Sehingga, wajib hukumnya bagi pemerintah Kabupaten Blitar untuk menjadikan Kabupaten Blitar sebagai daerah satelit khususnya dibidang pariwisata, apalagi sesuai dengan peraturan pemerintah Kabupaten Blitar No.3 tahun 2010 tentang perpindahan pusat pemerintahan Kabupaten Blitar ke Kecamatan Kanigoro mengharuskan Kabupaten Blitar mempunyai icon  pariwisata sendiri sebagai ciri khas suatu daerah. 
Sebenarnya ada beberapa tempat wisata di Kabupaten Blitar yang saat ini sudah mulai dikembangkan fungsinya, seperti Wisata Candi Penataran yang setiap tahun rutin menyelenggarakan pagelaran seni Seruling Penataran, Bendungan Serut yang sekarang dijadikan bumi perkemahan, akan tetapi banyak juga tempat wisata yang belum mendapat perhatian dari pemerintah Kabupaten Blitar, dan yang menjadi sorotan kami kali ini adalah taman wisata Bendungan Wlingi Raya yang ada di Desa Jegu Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar. 
Bendungan ini mempunyai potensi wisata yang sangat besar bahkan bisa dijadikan icon pariwisata di Kabupaten Blitar jika dikelola dengan baik dan tepat. Bendungan Wlingi Raya dibangun pada bulan  Mei 1972 dan diresmikan oleh Presiden Suharto pada 12 Mei 1977. Bendungan Wlingi Raya memiliki Luas 3,80 km2 dengan volume 630.000 m3. Bendungan ini digunakan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang menghasilkan listrik 2 x 27 MW (2 mesin turbin) serta mengairi sawah pertanian seluas 15.132 ha di wilayah Kecamatan Talun, Garum, dan Sutojayan (sumber: http://dprd-blitarkab.go.id).

Jumlah wisatawan di Bendungan Wlingi Raya pada tahun 2013 sebanyak 30.299 pengunjung (sumber: Perum Jasa Tirta), bandingkan dengan wisata Candi Penataran di tahun yang sama berjumlah 194.614 pengunjung (sumber: BPS Kab. Blitar). Perbedaan jumlah pengunjung yang terpaut sangat jauh tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan potensi wisata di Bendungan Wlingi Raya belum maksimal.
Menurut Hadinoto (1996), ada 5 syarat untuk menjadi destinasi wisata yaitu unsur daya tarik, aksesbilitas, infrastruktur, fasilitas, dan keramahtamahan.  Unsur tersebut sebenarnya sudah dimiliki oleh taman wisata Bendungan Wlingi Raya, namun pengelolaan yang kurang maksimal menjadikan kondisi taman wisata di Bendungan Wlingi kini sangat memprihatinkan. Tidak hanya infrastruktur dan fasilitas yang memprihatinkan, kurangnya perhatian pemerintah dan pemberdayaan masyarakat sekitar mengakibatkan sisi negatif mulai berkembang di Bendungan Wlingi, seperti balapan liar, membuang sampah ke bendungan, serta banyak terjadi penyimpangan sosial.

Razak dan Suprihardjo (2013) menyatakan bahwa salah satu prinsip penting dalam pengembangan pariwisata terpadu adalah adanya the value of time yang artinya mengusahakan agar wisatawan yang biasanya memiliki waktu yang luang dapat menggunakan waktu yang ada untuk menikmati objek dengan sebanyak-banyaknya dan dengan kualitas yang optimal. Wanjat Kastolani (2010) dalam penelitiannya tentang wisata terpadu di Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung menyimpulkan bahwa keanekaragaman aktivitas wisata menjadi faktor  daya tarik paling besar bagi wisatawan.
Pengembangan wisata terpadu dalam penelitian ini adalah mengintegrasikan keberagaman potensi wisata, kearifan lokal, dengan atraksi wisata di Bendungan Wlingi agar keberagaman jenis wisata yang ada dapat saling mendukung satu sama lain, dan nama jepang yang diambil dari akronim nama desa yang ada di dua sisi Bendungan Wlingi Raya yaitu Desa Jegu dan Desa Tumpang dimaksudkan agar lebih menarik minat wisatawan dan memiliki nilai jual. Sehingga diharapkan wisatawan dari berbagai daerah akan berkunjung ke Kabupaten Blitar.

Dengan bertitik tolak dari latar belakang, maka permasalahan yang akan diangkat oleh peneliti adalah :
1.      Apakah faktor-faktor pendorong dan penghambat pengembangan potensi wisata Bendungan   Wlingi Raya?
2.      Bagaimana strategi peningkatan potensi wisata Bendungan Wlingi Raya?
3.      Bagaimana konsep wisata terpadu di Bendungan Wlingi Raya?

Adapun  tujuan  yang  akan  dicapai  oleh  penulis  dalam penelitian ini adalah:
1.        Mengidentifikasi faktor-faktor pendorong dan penghambat pengembangan potensi wisata Bendungan Wlingi Raya.
2.        Mengetahui strategi pengembangan apa yang perlu dilakukan Pemerintah Kabupaten Blitar dalam meningkatkan potensi wisata Bendungan Wlingi Raya.
3.        Mengetahui bagaimana konsep wisata terpadu di Bendungan Wlingi Raya.

TELAAH PUSTAKA



TELAAH PUSTAKA

Pariwisata saat ini telah menjadi kebutuhan pokok sebagian besar manusia. Pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses bepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan, maupun kepentingan lain seperti sekedar ingin tahu, menambah pengalaman, atau pun untuk belajar (Hadinoto, 1996).
Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga karena
kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olah raga untuk kesehatan.
Menurut Hadinoto (1996), ada lima unsur industri pariwisata yang sangat penting, yaitu:
a.  Attractions (daya tarik)
Attractions dapat digolongkan menjadi site attractions dan event attractions.
Site attractions merupakan daya tarik fisik yang permanen dengan lokasi yang  tetap yaitu tempat-tempat wisata yang ada di daerah tujuan wisata seperti kebun  binatang, keraton, dan museum. Sedangkan event attractions adalah atraksi yang berlangsung sementara dan lokasinya dapat diubah atau dipindah dengan mudah seperti festival-festival, pameran, atau pertunjukan pertunjukan kesenian daerah.
b.  Facilities (fasilitas-fasilitas yang diperlukan)
Fasilitas cenderung berorientasi pada daya tarik di suatu lokasi karena fasilitas harus terletak dekat dengan pasarnya. Selama tinggal di tempat tujuan wisata, wisatawan memerlukan istirahat, makan dan minum. Oleh karena itu  sangat dibutuhkan fasilitas yang mendukung. Selain itu ada kebutuhan akan support industries seperti toko souvenir, tempat parkir yang memadai, dan pemandu wisata.
c.  Infrastructure (infrastruktur)
Daya tarik dan fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah kalau belum ada
infrastruktur dasar. Perkembangan infrastruktur dari suatu daerah sebenarnya
dinikmati baik oleh wisatawan maupun masyarakat sekitar, maka ada juga keuntungan bagi penduduk yang bukan wisatawan. Pemenuhan atau penciptaan  infrastruktur adalah suatu cara untuk menciptakan suasana yang cocok bagi perkembangan pariwisata.
d.  Transportations (transportasi)
Dalam pariwisata kemajuan dunia transportasi sangat dibutuhkan karena sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu perjalanan pariwisata. Transportasi baik transportasi darat, udara, maupun laut merupakan suatu unsur utama yang langsung memberian dampak positif bagi pariwisata.
e.  Hospitality (keramahtamahan)
Wisatawan yang berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal memerlukan kepastian jaminan keamanan khususnya untuk wisatawan asing yang memerlukan gambaran tentang tempat tujuan wisata yang akan mereka datangi.  Maka kebutuhan dasar akan keamanan dan perlindungan harus disediakan dan juga keuletan serta keramahtamahan tenaga kerja wisata dan masyarakat sekitar perlu dipertimbangkan supaya wisatawan merasa aman dan nyaman selama berwisata.
Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat).
Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat dalam arti luas.
Perairan waduk atau bendungan bersifat umum dan terbuka serta menpunyai pemanfaatan yang beranekaragam, oleh karena itu justru sangat diperlukan pengelolaan maupun pengaturan yang baik dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian sumber daya dan lingkungan hidup agar dalam pemanfaatannya tidak menimbulkan dampak yang negatif (Agus Sumargo, 2006). Apabila dalam pengelolaan tidak ditetapkan pengaturan yang memadai tidak menutup kemungkinan justru dalam pemanfaatan waduk timbul saling tumpang tindih kepentingan yang pada akhirnya
mengganggu fungsi utama waduk sebagai sarana irigasi.
Pemanfaatan bendungan sebagai tempat wisata sangat mungkin dilakukan, mengingat potensi sumber daya alam yang ada sangat diminati masyarakat. Keberadaan atraksi wisata penunjang juga sangat diperlukan supaya keberadaan wisata bendungan bisa berkelanjutan.
Abur Razak (2013) menyatakan pengembangan wisata terpadu ialah pengembangan kawasan wisata yang mengintegrasikan potensi alam dengan atraksi wisata sehingga menghasilkan berbagai obyek wisata yang saling bersinergi. Dalam hal ini bila dikaitkan dengan potensi wisata di Bendungan Wlingi Raya yaitu beragamnya potensi wisata yang ada, lokasi yang luas, dan letaknya yang tersebar dapat dikembangkan dengan konsep pengembangan wisata terpadu, sehingga konsep pengembangan ini dapat diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan juga sebagai icon pariwisata di Kabupaten Blitar.
Penentuan zonasi wisata, berdasarkan pada karakteristik daerahnya. Zonasi wisata terpadu dimulai dari wisata hulu dan bermuara di wisata hilir yang kesemuanya saling berkesinambungan. Penentuan zona hulu berdasarkan pada atraksi utama yang merupakan tujuan utama wisatawan untuk mendatangi kawasan. Penentuan zona pendukung berdasarkan pada lokasi wisata dan sarana pendukung wisata lain yang mendukung kegiatan wisata.
Sumargo (2006) mengatakan istilah perencanaan wisata masih memiliki pengertian yang universal, untuk itu perlu adanya pemahaman aspek-aspek apa saja yang dibicarakan dalam perencanaan wisata. Adapun aspek-aspek perencanaan tersebut meliputi aspek pasar (menyangkut kondisi pasar dan kebutuhannya), aspek sumberdaya (menyangkut sumberdaya alam, sarana prasarana dan sumberdaya manusia), aspek produk (berkaitan dengan upaya meramu dan mengemas produk wisata) dan aspek operasional (menyangkut kegiatan yang akan dilaksanakan dalam mewujudkan produk wisata).



Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa aspek pasar yang dipadukan dengan aspek sumber daya akan menciptakan produk, kemudian dari produk yang ada dilakukan pengelolaan melalui aspek operasional.

Penelitian terdahulu ini memuat berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian yang ada telah mendasari pemikiran penulis dalam penelitian ini, adapun penelitiannya adalah sebagai berikut :
1.    Penelitian Abdur Razak dan Rimadewi Suprihardjo dalam jurnal teknik pomits vol. 2, no. 1, (2013) yang berjudul Pengembangan Kawasan Pariwisata Terpadu di Kepulauan Seribu. Berdasarkan hasil analisis, pengembangan pariwisata terpadu di Kepulauan Seribu sangat terkait dengan pembagian pusat-pusat kegiatan. Terdapat beberapa pembagian zona, yaitu zona inti yang terdiri dari pulau-pulau dengan kegiatan wisata alam serta kegiatan rekreasi yang menjadi kegiatan wisata utama dan pendukung, sedangkan kegiatan wisata konservasi merupakan wisata penunjang.
2.    Penelitian Wanjat Kastolani yang berjudul Pengembangan Wisata Terpadu Berdasarkan Daya Tarik Kawasan Konservasi  di Kecamatan Cimenyan tahun 2010. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa daya tarik kawasan wisata Cimenyan perlu dipadukan antara kelengkapan fasilitas pelayanan wisata, pengelolaan potensi wisata, tingkat kemudahan pencapaian dan pengembangan keanekaragaman aktivitas wisata.