TELAAH
PUSTAKA
Pariwisata saat ini telah menjadi kebutuhan pokok
sebagian besar manusia. Pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses
bepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat
tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik
karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan,
maupun kepentingan lain seperti sekedar ingin tahu, menambah pengalaman, atau
pun untuk belajar (Hadinoto, 1996).
Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian
perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara
seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk
melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara
lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu.
Dapat juga karena
kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olah raga
untuk kesehatan.
Menurut Hadinoto (1996), ada lima unsur industri
pariwisata yang sangat penting, yaitu:
a. Attractions
(daya tarik)
Attractions dapat digolongkan menjadi site attractions dan event
attractions.
Site attractions merupakan daya tarik fisik yang permanen dengan lokasi
yang tetap yaitu tempat-tempat wisata
yang ada di daerah tujuan wisata seperti kebun
binatang, keraton, dan museum. Sedangkan event attractions adalah
atraksi yang berlangsung sementara dan lokasinya dapat diubah atau dipindah
dengan mudah seperti festival-festival, pameran, atau pertunjukan pertunjukan
kesenian daerah.
b. Facilities
(fasilitas-fasilitas yang diperlukan)
Fasilitas cenderung berorientasi pada daya tarik di suatu
lokasi karena fasilitas harus terletak dekat dengan pasarnya. Selama tinggal di
tempat tujuan wisata, wisatawan memerlukan istirahat, makan dan minum. Oleh
karena itu sangat dibutuhkan fasilitas yang
mendukung. Selain itu ada kebutuhan akan support industries seperti toko
souvenir, tempat parkir yang memadai, dan pemandu wisata.
c. Infrastructure
(infrastruktur)
Daya tarik dan fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah
kalau belum ada
infrastruktur dasar. Perkembangan infrastruktur dari
suatu daerah sebenarnya
dinikmati baik oleh wisatawan maupun masyarakat sekitar,
maka ada juga keuntungan bagi penduduk yang bukan wisatawan. Pemenuhan atau penciptaan infrastruktur adalah suatu cara untuk
menciptakan suasana yang cocok bagi perkembangan pariwisata.
d. Transportations
(transportasi)
Dalam pariwisata kemajuan dunia transportasi sangat dibutuhkan
karena sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu perjalanan pariwisata.
Transportasi baik transportasi darat, udara, maupun laut merupakan suatu unsur
utama yang langsung memberian dampak positif bagi pariwisata.
e. Hospitality
(keramahtamahan)
Wisatawan
yang berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal memerlukan kepastian
jaminan keamanan khususnya untuk wisatawan asing yang memerlukan gambaran
tentang tempat tujuan wisata yang akan mereka datangi. Maka kebutuhan dasar akan keamanan dan
perlindungan harus disediakan dan juga keuletan serta keramahtamahan tenaga
kerja wisata dan masyarakat sekitar perlu dipertimbangkan supaya wisatawan
merasa aman dan nyaman selama berwisata.
Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali
suatu kawasan yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami
kemunduran/degradasi. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan
aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus
mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan
lokasi dan citra tempat).
Revitalisasi
sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik
saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta
pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya
keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta
untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat,
selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan
tersebut saja, tapi masyarakat dalam arti luas.
Perairan waduk atau
bendungan bersifat umum dan terbuka serta menpunyai pemanfaatan yang
beranekaragam, oleh karena itu justru sangat diperlukan pengelolaan maupun
pengaturan yang baik dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian sumber daya
dan lingkungan hidup agar dalam pemanfaatannya tidak menimbulkan dampak yang
negatif (Agus Sumargo, 2006). Apabila dalam pengelolaan tidak ditetapkan pengaturan
yang memadai tidak menutup kemungkinan justru dalam pemanfaatan waduk timbul
saling tumpang tindih kepentingan yang pada akhirnya
mengganggu fungsi
utama waduk sebagai sarana irigasi.
Pemanfaatan bendungan sebagai tempat wisata sangat
mungkin dilakukan, mengingat potensi sumber daya alam yang ada sangat diminati
masyarakat. Keberadaan atraksi wisata penunjang juga sangat diperlukan supaya
keberadaan wisata bendungan bisa berkelanjutan.
Abur Razak (2013) menyatakan
pengembangan wisata terpadu ialah pengembangan kawasan wisata yang
mengintegrasikan potensi alam dengan atraksi wisata sehingga menghasilkan
berbagai obyek wisata yang saling bersinergi. Dalam hal ini bila dikaitkan
dengan potensi wisata di Bendungan Wlingi Raya yaitu beragamnya potensi wisata
yang ada, lokasi yang luas, dan letaknya yang tersebar dapat dikembangkan
dengan konsep pengembangan wisata terpadu, sehingga konsep pengembangan ini
dapat diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan juga
sebagai icon pariwisata di Kabupaten Blitar.
Penentuan zonasi wisata, berdasarkan pada karakteristik
daerahnya. Zonasi wisata terpadu dimulai dari wisata hulu dan bermuara di
wisata hilir yang kesemuanya saling berkesinambungan. Penentuan zona hulu
berdasarkan pada atraksi utama yang merupakan tujuan utama wisatawan untuk
mendatangi kawasan. Penentuan zona pendukung berdasarkan pada lokasi wisata dan
sarana pendukung wisata lain yang mendukung kegiatan wisata.
Sumargo (2006)
mengatakan istilah perencanaan wisata masih memiliki pengertian yang universal,
untuk itu perlu adanya pemahaman aspek-aspek apa saja yang dibicarakan dalam perencanaan
wisata. Adapun aspek-aspek perencanaan tersebut meliputi aspek pasar
(menyangkut kondisi pasar dan kebutuhannya), aspek sumberdaya (menyangkut
sumberdaya alam, sarana prasarana dan sumberdaya manusia), aspek produk
(berkaitan dengan upaya meramu dan mengemas produk wisata) dan aspek operasional
(menyangkut kegiatan yang akan dilaksanakan dalam mewujudkan produk wisata).
Dari gambar diatas
dapat dilihat bahwa aspek pasar yang dipadukan dengan aspek sumber daya akan
menciptakan produk, kemudian dari produk yang ada dilakukan pengelolaan melalui
aspek operasional.
Penelitian terdahulu ini memuat berbagai penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian yang ada telah mendasari pemikiran
penulis dalam penelitian ini, adapun penelitiannya adalah sebagai berikut :
1.
Penelitian
Abdur Razak dan Rimadewi Suprihardjo dalam jurnal teknik pomits vol. 2, no. 1,
(2013) yang berjudul Pengembangan Kawasan Pariwisata Terpadu di Kepulauan
Seribu. Berdasarkan hasil analisis, pengembangan pariwisata terpadu di
Kepulauan Seribu sangat terkait dengan pembagian pusat-pusat kegiatan. Terdapat
beberapa pembagian zona, yaitu zona inti yang terdiri dari pulau-pulau dengan
kegiatan wisata alam serta kegiatan rekreasi yang menjadi kegiatan wisata utama
dan pendukung, sedangkan kegiatan wisata konservasi merupakan wisata penunjang.
2.
Penelitian
Wanjat Kastolani yang berjudul Pengembangan Wisata Terpadu Berdasarkan Daya
Tarik Kawasan Konservasi di Kecamatan
Cimenyan tahun 2010. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa daya tarik kawasan
wisata Cimenyan perlu dipadukan antara kelengkapan fasilitas pelayanan wisata,
pengelolaan potensi wisata, tingkat kemudahan pencapaian dan pengembangan
keanekaragaman aktivitas wisata.